Apa yang kamu ketahui mengenai pengertian ilmu ekonomi?
Ilmu ekonomi merupakan sebuah bidang yang mempelajari mengenai pengelolaan sumber daya secara perorangan, masyarakat, kelompok hingga negara. Tujuannya untuk mencapai sebuah kemakmuran dan kesejahteraan.
Jika ditinjau secara etimologi, ekonomi berasal dari kata Oikos yang secara umum berarti keluarga atau rumah tangga dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Sehingga ekonomi dapat diartikan sebabgai aturan rumah tangga ataupun pengelolaan dalam rumah tangga.
Definisi Ekonomi Menurut Para Ahli
1. Adam Smith
Ahli ekonomi, Adam Smith menyebutkan bahwa perilaku manusia dalam mengelola sumber daya sangat terbatas untuk mencapai tujuan tertentu dalam kehidupan.
2. Jean-Baptiste Say
Seorang ahli ekonomi bernama Jean-Baptiste Bay, ekonomi merupakan ilmu yang menjadi cabang dari beberapa kajian dan aturan yang menentukan kekayaan seseorang.
3. John Stuart Mill
Menurut ahli ekonomi bernama J. S. Mill, pengertian ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari berbagai hal terkait dengan pengeluaran dan penagihan.
4. Karl Marx
Ilmu ekonomi menurut Karl Marx adalah sebuah ilmu yang mempelajari mengenai cara manusia dalam bertahan hidup pada suatu kelas sosial yang berkaitan dengan pemanfaatan sarana produksi.
5. Max Weber
Ahli ekonomi Max Weber menyebutkan bahwa ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tindakan ekonomi individu berdasarkan pada nilai yang diyakini secara sosial.
Ruang Lingkup Ilmu Ekonomi
Ruang lingkup ilmu ekonomi adalah ilmu ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro yang memudahkan untuk mempelajarinya. Kedua ruang lingkup ilmu ekonomi tersebut juga mempunyai batasan batasan tertentu serta asumsi yang cukup jelas.
1. Ekonomi Mikro
Pengertian ekonomi mikro adalah cabang ilmu ekonomi yang khusus mempelajari mengenai bagian kecil ekonomi baik itu dimulai dari aspek individu sampai dengan keseluruhan kegiatan dalam perekonomian.
2. Ekonomi Makro
Pengertian ekonomi makro adalah cabang ilmu ekonomi yang khusus mempelajari mengenai mekanisme bekerjanya sebuah perekonomian yang dianggap sebagai suatu keseluruhan yang saling berkaitan dengan berbagai macam penggunaan faktor faktor produksi yang sudah tersedia secara efisien sehingga dapat mewujudkan kemakmuran masyarakat secara lebih maksimal.
Perbedaan Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro
Perbedaan | Mikro | Makro |
---|---|---|
Harga | Harga dalam ekonomi mikro adalah nilai dari suatu komoditas atau barang-barang tertentu saja | Harga dalam ekonomi makro adalah nilai dari suatu komoditas secara keseluruhan atau agregat |
Manfaat | Bermanfaat untuk menentukan harga suatu produk bersama dengan harga faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, pengusahan dll). | Menjaga stabilitas ditingkat harga umum dan menyelesaikan masalah utama ekonomi seperti: inflasi, deflasi, pengangguran, dan kemiskinan secara keseluruhan. |
Aplikasi bisnis | Diterapkan pada masalah operasional atau internal. | Lingkungan dan masalah eksternal. |
Tujuan analisis | Ekonomi mikro lebih fokus terhadap tujuan analisis tentang cara mengalokasikan sumber daya yang dimiliki. | Ekonomi makro lebih fokus terhadap tujuan analisis yang berisi tentang pengaruh kegiatan ekonomi yang dilaksanakan terhadap perekonomian yang terjadi secara keseluruhan |
Contoh ekonomi mikro
- Perilaku produsen
- Perilaku konsumen
- Permintaan
- Penawaran
- Biaya
Contoh ekonomi makro
- Tingkat pengangguran
- pertumbuhan ekonomi
- Kesempatan kerja
- Pendapatan nasional
- Kebijakan ekonomi
Persamaan Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro
Ekonomi makro dan ekonomi mikro juga memiliki persamaan, diantaranya:
- Merupakan studi-studi ekonomi yang menjadi dasar dalam pemikiran ekonomi
- Menjadi fondasi dasar ilmu ekonomi
- Mengamati ekonomi dari sudut pandang tertentu
Ilustrasi Perbedaan Ekonomi Makro dan Ekonomi Mikro
Ilustrasi Ekonomi Makro
Jadi Tumpuan Ekonomi RI, Sektor Manufaktur 2019 Tumbuh Melambat
Penulis: Tri Kurnia Yunianto
Editor: Happy Fajrian
Sektor manufaktur menyumbang 19,62% dari total PDB. Namun sektor ini hanya tumbuh 4,68% pada 2019 dibandingkan 5,02% pada 2018.
Sektor industri pengolahan atau manufaktur masih menjadi tumpuan ekonomi Indonesia dengan menjadi penyumbang terbesar produk domestik bruto (PDB) pada 2019. Kendati demikian, sektor ini tahun lalu tumbuh melambat dibandingkan tahun sebelumnya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan sektor ini pada 2019 tumbuh 4,68% atau lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pada tahun sebelumnya yang sebesar 5,02%.
Padahal dari sisi investasi, sepanjang periode Januari - September 2019, investasi mengalir ke sektor ini sebesar Rp 147,3 triliun. Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB tahun lalu tercatat sebesar 19,62%.
"Kontribusi industri pengolahan merupakan yang terbesar dibandingkan sektor pertanian yang berkontribusi sebesar 13,45%, perdagangan 13,02% dan konstruksi sebesar 10,60%," ujarnya di Jakarta, Senin (6/1).
Dia menjelaskan kontributor terbesar pertumbuhan sektor ini berasal dari industri makanan minuman yang tumbuh 6,50%, kemudian industri barang logam seperti komputer, barang elektronik dan listrik tumbuhan 1,70%, industri alat angkutan 1,68%, industri kimia dan farmasi 1,59% serta industri tekstil dan pakaian jadi 1,25%.
Tak hanya itu, Kemenperin juga mencatat pada triwulan III 2019 ada lima industri dengan nilai pertumbuhan terbesar yakni industri tekstil dan pakaian jadi tumbuh 15,08%, industri jasa reparasi dan pemasangan mesin 10,33%, serta industri makanan dan minuman 8,33%.
Lebih lanjut, Agus menjelaskan bahwa sektor ini menyerap 18,93 juta orang tenaga kerja per Agustus 2019 atau hanya naik tipis dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 18,25 juta orang tenaga kerja.
"Tiga besar penyerapan tenaga kerja sektor manufaktur yaitu industri makanan 4,74 juta orang, industri pakaian jadi 2,65 juta orang dan industri kayu 1,69 juta orang," ujarnya.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran berdasarkan angkatan kerja pada Agustus 2019 mencapai 7,05 juta orang. Jumlah ini bertambah sekitar 50 ribu orang atau naik 0,7% dari periode yang sama tahun lalu. Jika dibandingkan dengan Februari 2019 yang hanya 6,82 juta orang, peningkatan pengangguran Agustus 2019 mencapai 3,4%.
Ilustrasi Ekonomi Mikro
Yogyakarta Ingin Tumbuhkan 45 Kelompok Usaha Bersama Baru
Arsito Hidayatullah
Suara.com - Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta berencana menumbuhkan 45 kelompok usaha bersama (Kube) baru pada tahun ini, baik dengan dukungan dana dari pusat maupun melalui anggaran daerah.
"Pada tahun ini, rencananya ada 45 kelompok usaha bersama baru yang ditumbuhkan, terdiri dari 35 Kube dengan dukungan dana dekonsentrasi dan sisanya menggunakan anggaran kota," ungkap Pendamping Kube Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, Yosef Widiatmoko di Yogyakarta, Minggu (15/2/2015).
Menurut Yosef, setiap Kube yang baru ditumbuhkan akan memperoleh dukungan dana sebagai modal usaha yang bersifat hibah. Dana yang diberikan adalah sebesar Rp20 juta per kelompok untuk Kube yang memperoleh dukungan dana dekonsentrasi, serta Rp6 juta untuk kelompok yang memperoleh dukungan dana dari APBD Kota Yogyakarta.
Sejumlah persyaratan yang ditetapkan untuk membentuk kelompok di antaranya adalah memiliki 10 orang anggota yang merupakan warga Kota Yogyakarta, yang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk (KTP). Selain itu, warga haruslah kepala keluarga yang masih berusia produktif, berasal dari keluarga pemegang Kartu Menuju Sejahtera (KMS), berdomisili di wilayah sesuai KTP-nya, serta sudah memiliki embrio usaha.
"Kube yang terbentuk akan terus mendapat pendampingan, sehingga bisa terus berkembang dan akhirnya mencapai kemandirian yang ditandai dengan terbentuknya lembaga keuangan mikro (LKM)," papar Yosef pula.
Dikatakannya lagi, setiap Kube yang berkembang menjadi LKM, lantas akan kembali memperoleh dukungan dana dengan jumlah mencapai Rp250 juta.
"Dana itu bisa digunakan untuk modal sebesar Rp200 juta, dan sisanya untuk operasional, seperti sewa tempat dan gaji karyawan selama enam bulan," tuturnya.
Saat ini menurut Yosef, sudah ada tujuh LKM yang terbentuk dari Kube dan Usaha Sosial Ekonomi Produktif (Usep), di antaranya di Kecamatan Danurejan, Wirobrajan, Umbulharjo, Kotagede, Ngampilan, serta satu LKM dari Usep. Sementara di Kota Yogyakarta sendiri kini tercatat ada 509 Kube dan Usep, meski tidak semuanya dalam kondisi baik dan bisa terus berkembang.
"Ada saja Kube dan Usep yang tidak bisa berkembang. Jika terjadi kondisi demikian, maka kami telah menyiapkan petugas untuk pendampingan," katanya lagi.
Selain menumbuhkan Kube baru, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta juga berencana melakukan pembinaan lanjut kepada enam Kube dan satu Usep, agar berkembang lebih baik pada tahun ini.
Daftar Pustaka
Suara.com - Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta berencana menumbuhkan 45 kelompok usaha bersama (Kube) baru pada tahun ini, baik dengan dukungan dana dari pusat maupun melalui anggaran daerah.
"Pada tahun ini, rencananya ada 45 kelompok usaha bersama baru yang ditumbuhkan, terdiri dari 35 Kube dengan dukungan dana dekonsentrasi dan sisanya menggunakan anggaran kota," ungkap Pendamping Kube Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, Yosef Widiatmoko di Yogyakarta, Minggu (15/2/2015).
Menurut Yosef, setiap Kube yang baru ditumbuhkan akan memperoleh dukungan dana sebagai modal usaha yang bersifat hibah. Dana yang diberikan adalah sebesar Rp20 juta per kelompok untuk Kube yang memperoleh dukungan dana dekonsentrasi, serta Rp6 juta untuk kelompok yang memperoleh dukungan dana dari APBD Kota Yogyakarta.
Sejumlah persyaratan yang ditetapkan untuk membentuk kelompok di antaranya adalah memiliki 10 orang anggota yang merupakan warga Kota Yogyakarta, yang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk (KTP). Selain itu, warga haruslah kepala keluarga yang masih berusia produktif, berasal dari keluarga pemegang Kartu Menuju Sejahtera (KMS), berdomisili di wilayah sesuai KTP-nya, serta sudah memiliki embrio usaha.
"Kube yang terbentuk akan terus mendapat pendampingan, sehingga bisa terus berkembang dan akhirnya mencapai kemandirian yang ditandai dengan terbentuknya lembaga keuangan mikro (LKM)," papar Yosef pula.
Dikatakannya lagi, setiap Kube yang berkembang menjadi LKM, lantas akan kembali memperoleh dukungan dana dengan jumlah mencapai Rp250 juta.
"Dana itu bisa digunakan untuk modal sebesar Rp200 juta, dan sisanya untuk operasional, seperti sewa tempat dan gaji karyawan selama enam bulan," tuturnya.
Saat ini menurut Yosef, sudah ada tujuh LKM yang terbentuk dari Kube dan Usaha Sosial Ekonomi Produktif (Usep), di antaranya di Kecamatan Danurejan, Wirobrajan, Umbulharjo, Kotagede, Ngampilan, serta satu LKM dari Usep. Sementara di Kota Yogyakarta sendiri kini tercatat ada 509 Kube dan Usep, meski tidak semuanya dalam kondisi baik dan bisa terus berkembang.
"Ada saja Kube dan Usep yang tidak bisa berkembang. Jika terjadi kondisi demikian, maka kami telah menyiapkan petugas untuk pendampingan," katanya lagi.
Selain menumbuhkan Kube baru, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta juga berencana melakukan pembinaan lanjut kepada enam Kube dan satu Usep, agar berkembang lebih baik pada tahun ini.
"Pada tahun ini, rencananya ada 45 kelompok usaha bersama baru yang ditumbuhkan, terdiri dari 35 Kube dengan dukungan dana dekonsentrasi dan sisanya menggunakan anggaran kota," ungkap Pendamping Kube Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, Yosef Widiatmoko di Yogyakarta, Minggu (15/2/2015).
Menurut Yosef, setiap Kube yang baru ditumbuhkan akan memperoleh dukungan dana sebagai modal usaha yang bersifat hibah. Dana yang diberikan adalah sebesar Rp20 juta per kelompok untuk Kube yang memperoleh dukungan dana dekonsentrasi, serta Rp6 juta untuk kelompok yang memperoleh dukungan dana dari APBD Kota Yogyakarta.
Sejumlah persyaratan yang ditetapkan untuk membentuk kelompok di antaranya adalah memiliki 10 orang anggota yang merupakan warga Kota Yogyakarta, yang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk (KTP). Selain itu, warga haruslah kepala keluarga yang masih berusia produktif, berasal dari keluarga pemegang Kartu Menuju Sejahtera (KMS), berdomisili di wilayah sesuai KTP-nya, serta sudah memiliki embrio usaha.
"Kube yang terbentuk akan terus mendapat pendampingan, sehingga bisa terus berkembang dan akhirnya mencapai kemandirian yang ditandai dengan terbentuknya lembaga keuangan mikro (LKM)," papar Yosef pula.
Dikatakannya lagi, setiap Kube yang berkembang menjadi LKM, lantas akan kembali memperoleh dukungan dana dengan jumlah mencapai Rp250 juta.
"Dana itu bisa digunakan untuk modal sebesar Rp200 juta, dan sisanya untuk operasional, seperti sewa tempat dan gaji karyawan selama enam bulan," tuturnya.
Saat ini menurut Yosef, sudah ada tujuh LKM yang terbentuk dari Kube dan Usaha Sosial Ekonomi Produktif (Usep), di antaranya di Kecamatan Danurejan, Wirobrajan, Umbulharjo, Kotagede, Ngampilan, serta satu LKM dari Usep. Sementara di Kota Yogyakarta sendiri kini tercatat ada 509 Kube dan Usep, meski tidak semuanya dalam kondisi baik dan bisa terus berkembang.
"Ada saja Kube dan Usep yang tidak bisa berkembang. Jika terjadi kondisi demikian, maka kami telah menyiapkan petugas untuk pendampingan," katanya lagi.
Selain menumbuhkan Kube baru, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta juga berencana melakukan pembinaan lanjut kepada enam Kube dan satu Usep, agar berkembang lebih baik pada tahun ini.
Daftar Pustaka